Sunday, March 1, 2015

25 Primata Dunia Yang Terancam Punah (Endangered) Pada Tahun 2012--2014 (3)

Pygmy Tarsier
 Tarsius pumilus Miller and Hollister 1921
(Ilustrasi: Stephen D. Nash)

3. Pygmy Tarsier 
Tarsius pumilus (Miller and Hollister 1921)
Sulawesi Tengah, Indonesia.

Tarsius pumilus, ditemukan kembali oleh Gursky dan Grow pada tahun 2008. Hal tersebut disebabkan tidak adanya penelitian yang dilakukan lebih dari 90 tahun sehingga primata tersebut dispekulasikan punah di alam. Tarsius pumilus merupakan spesies Tarsius yang endemik di pegunungan Sulawesi Tengah, Indonesia. Spesies terbt berbeda dengan Tarsius yang berada di hutan dataran rendah dimana ukurannya sangat kecil dan memiliki perilaku yang tidak biasa (Shekelle 2008, Grow dan Gursky 2010). Berat badan rata rata dari Tarsius pigmi sekitar 55 g, sementara Tarsius di dataran rendah sekitar 108 hingga 136 g. Kemudian spesies tersebut juga tidak memiliki jejak aroma dan membuat duet call seperti Tarsius pada dataran rendah, mereka lebih bersifat kriptik atau samar dan sangat sulit ditemukan keberadaannya. Penamaan dari spesies ini awalnya oleh Miller dan Hollister pada tahun 1921, berdasarkan temuan spesimen di dua musem. Banyak usaha yang dilakukan untuk menemukan keberadaan spesies yang belum diketahui atau masih samar tersebut (elusive species). Dan akhirnya Gursky dan Grow pada tahun 2008 menemukan titik terang dengan berkonsentrasi pada lokasi gunung yang sama dimana mamalia tersebut berada, serta survei yang tidak sengaja dilakukan menemukan spesimen ketiga pada tahun 2000, hal tersebut menunjukkan bahwa keberadaan spesies tersebut masih ada di alam ( Maryanto dan Yani 2004). Banyak berbagai ancaman yang dapat membuat punah spesies tersebut, diperparah lagi dengan distribusi yang terbatas. Keberadaan Tarsius pigmi hanya berada di atas ketinggian 2000 meter di gunung Rore Katimbu, dan survei yang dilakukan menunjukkan bahwan kepadatan populasi dari Tarsius pumilus di lokasi tersebut sekitar 92 individu per 100 ha, dengan estimasi 6 kelompok per ha. Jumlah habitat bagi spesies ini sangat terbatas dimana hanya 20 persen dari Taman Nasional Lore Lindu yang memiliki elevasi lebih tinggi dari 1500 meter, dan dari ketinggian tersebut hanya ditempati oleh Tarsius pigmi sebagian kecilnya. Banyaknya manusia yang menuju ketinggian di atas 1500 meter menjadi ancaman yang serius terhadap distribusi dan kepadatan populasi dari Tarsius pigmi. Meskipun mereka berada di kawasan yang diproteksi, adanya kemungkinan deforestasi dan perambahan liar dari desa terdekat tidak bisa dipungkiri terjadi di Taman Nasional Lore Lindu. Warga desa sekitar kawasan terus menerus dapat mengambil sumber daya alam dan memodifikasi lanskap hutan. Sumber daya yang terus menerus diambil dari dalam hutan lindung adalah resin dari Dipterocarpaceae, burung dan mamalia untuk perdagangan satwa, dan kayu. Persoalan lainnya adalah pertumbuhan penduduk yang meningkat di sekitar kawasan sehingga menciptakan permintaan yang tinggi untuk lahan pertanian dan kayu bakar, dan akan semakin masuk ke ketinggian yang lebih tinggi dimana sumber daya masih tersedia. Hal tersebut akhirnya dapat mengancam habitat dari Tarsius pigmi dan tercatat oleh IUCN bahwa populasi yang terbatas tersebut semakin menurun dan spesies tersebut diklasifikasikan sebagai defficient data oleh Shekelle dan Salim 2008.

Tarsius pigmi ditemukan setelah 85 tahun*



No comments:

Post a Comment