Ungko (Hylobates agilis) |
Ungko (Hylobates agilis)
F. Cuvier 1821
Ungko adalah salah satu spesies primata Indonesia yang termasuk kedalam kategori Endangered menurut IUCN 2013. Berikut adalah klasifikasi ilmiah dari ungko:
Kingdom: Animalia
Filum : Chordata
Subfilum: Vertebrata
Kelas: Mamalia
Ordo: Primata
Famili: Hylobatidae
Genus: Hylobates
Spesies: Hylobates agilis ungko
Berdasarkan Supriatna dan Wahyono 2000, spesies Hylobates agilis memiliki tiga sub-spesies di Indonesia, yaitu Hylobates agilis ungko, Hylobates agilis agilis dan Hylobates agilis albibarbis.
Ungko memiliki ciri ciri fisik antara lain yang mudah dikenali yaitu warna rambut yang beragam (mulai dari abu abu, cokelat muda sampai hitam), dan satwa tersebut ditutupi dengan rambut dan memiliki alis putih atau pirang di bagian atas matanya. Spesies ini memiliki warna yang lebih gelap pada bagian pergelangan dan jari tangan, serta kaki dibandingkan dengan anggota tubuh lainnya. Kemudian, yang menjadi ciri dari spesies ini adalah adanya fenomena sexual
dichromatism yaitu pembedaan warna tubuh berdasarkan jenis kelamin.
Jantan dewasa memiliki warna rambut yang lebih terang dibandingkan dengan betina dewasa, yaitu pada bagian khususnya pipi hingga dagu. Hal tersebut juga terjadi pada betina remaja dimana saat dewasa terjadi perubahan warna rambut menjadi lebih gelap di bagian muka dan dagu. Ungko memiliki berat tubuh antara 5-8 kg dan besar tubuh antara 44 cm hingga 63,5 cm. Ukuran tubuh Ungko lebih kecil dan ramping dibandingkan dengan Great apes (simpanse, gorila, bonobo dan orangutan) sehingga seringkali disebut dengan julukan kera kecil. Ungko disebut sebagai kera karena tidak memiliki ekor. Mereka memiliki tangan yang lebih panjang dibandingkan kaki, dan tidak dapat berenang. Tangan yang panjang tersebut digunakan untuk menjangkau dahan dahan disekitarnya sehingga efektif dalam pergerakan brankiasi atau berayun pada tajuk tajuk pohon di hutan (Supriatna & Wahyono 2000).
Berdasarkan Supriatna dan Wahyono 2000, spesies Hylobates agilis memiliki tiga sub-spesies di Indonesia, yaitu Hylobates agilis ungko, Hylobates agilis agilis dan Hylobates agilis albibarbis.
Distribusi habitat Hylobates |
Hylobates agilis albibarbis |
Jantan dewasa memiliki warna rambut yang lebih terang dibandingkan dengan betina dewasa, yaitu pada bagian khususnya pipi hingga dagu. Hal tersebut juga terjadi pada betina remaja dimana saat dewasa terjadi perubahan warna rambut menjadi lebih gelap di bagian muka dan dagu. Ungko memiliki berat tubuh antara 5-8 kg dan besar tubuh antara 44 cm hingga 63,5 cm. Ukuran tubuh Ungko lebih kecil dan ramping dibandingkan dengan Great apes (simpanse, gorila, bonobo dan orangutan) sehingga seringkali disebut dengan julukan kera kecil. Ungko disebut sebagai kera karena tidak memiliki ekor. Mereka memiliki tangan yang lebih panjang dibandingkan kaki, dan tidak dapat berenang. Tangan yang panjang tersebut digunakan untuk menjangkau dahan dahan disekitarnya sehingga efektif dalam pergerakan brankiasi atau berayun pada tajuk tajuk pohon di hutan (Supriatna & Wahyono 2000).
Ungko merupakan primata diurnal dan arboreal. Diurnal artinya mulai beraktivitas sebelum matahari terbit dan
mengakhirinya pada sore hari, dan arboreal artinya selalu berada di atas pepohonan. Waktu aktivitas hariannya kurang lebih berlangsung 9,5 jam
hingga 10,5 jam. Aktivitas yang dilakukan ungko antara lain bersuara (calling),
berpindah (travelling), makan (feeding and foraging), berkutu-kutuan (grooming)
bermain (playing) dan istirahat (resting) (Nowak 1999). Aktivitas bersuara atau calling digunakan Ungko sebagai komunikasi antar kelompok sehingga tidak terjadi kontak langsung antara kelompok, berfungsi juga sebagai penanda teritori. Aktivitas tersebut diawali dengan dawn call yang dilakukan oleh jantan dewasa sendiri di pagi hari. Selanjutnya, aktivitas makan dilakukan setelah aktivitas bersuara, dan kegiatan tersebut bisa dilakukan oleh spesies tersebut pada suatu pohon selama 2 atau 3 hari.
Daerah jelajah merupakan batas terluar dari akumulasi jalur jelajah harian. Luas daerah jelajah dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
ketersediaan sumber makanan dan tempat
berlindung (Collinge, 1993). Daerah jelajah
primata dapat berubah dari tahun ketahun
yang disebabkan oleh perubahan musim,
persaingan antar kelompok, perburuan dan
degradasi habitat (Rowe, 1996). Luas daerah jelajah kelompok
Hylobates bervariasi, dan luas daerah jelajah dari Hylobates agilis adalah 29 Ha (Chivers 2001). Pakan ungko adalah buah buahan sehingga disebut dengan satwa frugivorous, akan tetapi tidak hanya buah buahan yang dimakan, tercatat ungko juga memakan daun, bunga, dan insekta. Berikut ini adalah komposisi makanan dari Ungko; buah
58%, daun 38%, bunga 3%, dan memangsa
binatang 1% (Rowe, 1996). Chivers (2001) menyebutkan beberapa jenis 8
vegetasi yang menjadi sumber pakan bagi keberadaan ungko antara lain dari
genus Artocarpus, Baccauarea, Dillenia, Ficus, Litsea, Canarium, Diospyros,
Mangifera, Eugenia, Callophylum, Gnetum dan Vitex.
Genus Artocarpus |
Ungko memiliki penyebaran habitat mulai dari Sumatera, Kalimantan,
Semenanjung Malaysia hingga daerah selatan Thailand. Jenis Hylobatidae ini menghuni kawasan hutan primer,
hutan sekunder, hutan rawa, hutan hujan tropis dataran rendah dan hutan hujan
pegunungan hingga ketinggian 2000 mdpl. Ungko memiliki sebaran dari Sumatera bagian 6
tengah (mulai selatan Danau Toba) hingga ke Sumatera bagian selatan (Supriatna
& Wahyono 2000).
Sumber Pustaka:
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/58291/BAB%20II%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf?sequence=2
http://jurnalsain-unand.com/FilesJurnal/254065889Yunila%20Berliana%20final%2057-63.pdf
Sumber Pustaka:
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/58291/BAB%20II%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf?sequence=2
http://jurnalsain-unand.com/FilesJurnal/254065889Yunila%20Berliana%20final%2057-63.pdf